top of page

Liturgi Ibadah 29 Maret 2020 (GKJ Season City)

  • Writer: Kramat Jati
    Kramat Jati
  • Mar 28, 2020
  • 7 min read

1. Salam: (oleh kepala keluarga)


Shalom, mari kita mempersiapkan hati untuk beribadah kepada Tuhan. Menikmati hadirat Tuhan hari ini. Janji Tuhan, di mana dua atau tiga orang berkumpul di dalam NamaKu, Tuhan hadir. Maka biarlah waktu ini menjadi waktu yang indah bersama dengan Tuhan.


2. Votum: (oleh kepala keluarga)


“Pertolongan kita ialah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya. Ibadah ini dialaskan dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.”


3. Ayat Panggilan Beribadah: (oleh kepala keluarga)


“Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu; mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja!” (Mazmur 71:14-16).


4. Doa Pembukaan Ibadah: (oleh kepala keluarga)

5. Pujian Pembuka Ibadah: “Nyanyi dan Bersoraklah”

(dipimpin salah satu anggota keluarga)


Yesusku penyelamatku, tiada yang s’perti Engkau.

Setiap hari ku memuji keajaiban kasih-Mu.

Penghibur, Pelindung, Menara Kekuatan.

Biarlah semua yang bernafas. Tak berhenti menyembah-Mu.

Reff.

Nyanyi dan bersoraklah bagi Dia. Puji dan hormat kuasa bagi Raja.

Gunung tunduk, laut bergelora, mendengar nama-Mu.

Ku bersuka atas perbuatan-Mu.

Selamanya ku kasihi Engkau Tuhan.

Tiada janji s’perti yang ada pada-Mu.

6. Pengakuan Iman Rasuli: (diucapkan bersama-sama)


Aku percaya kepada Allah

Bapa yang Maha Kuasa

Pencipta langit dan bumi

dan kepada Yesus Kristus, Tuhan kita

Yang dikandung dari pada Roh Kudus

lahir dari anak dara Maria

Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus

disalibkan, mati dan dikuburkan

turun ke dalam Kerajaan maut

Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa

Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati

Aku percaya kepada Roh Kudus. Gereja yang kudus dan Am

Persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal Amin

7. Pujian Bersama: “Langit dan Bumi Pujilah Tuhan”

(dipimpin salah satu anggota keluarga)


Langit dan bumi, pujilah Tuhan. S’bab Dia ciptakan semuanya.

Keagungan mengatasi langit bumi. Ku sembah sujud dihadapan-Nya.

Ku Puji, ku sembah (2x)

Yesus Tuhan Sang Penebusku.

Ku puji, ku sembah (2x)

Yesus Tuhan dan Rajaku

Haleluya… Amin! (4x)

8. Pembacaan Alkitab: Kejadian 22:1-19

(dibaca bergantian)

9. Pujian Pengantar Firman: “Ku Siapkan Hatiku Tuhan”

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Ku siapkan hatiku Tuhan, tuk dengar Firman-Mu saat ini.

Ku sujud menyembah-Mu Tuhan, masuk hadirat-Mu saat ini.

Curahkan urapan-Mu Tuhan. Bagi jemaat-Mu saat ini.

Ku siapkan hatiku Tuhan tuk dengar Firman-Mu.

Reff.

Firman-Mu Tuhan tiada berubah.

Dahulu sekarang, selama-lamanya

Tiada berubah


Firman-Mu Tuhan, penolong hidupku.

Ku siapkan hatiku Tuhan,

Tuk dengar Firman-Mu.

10.Renungan Khotbah: (dibacakan oleh kepala keluarga)

“Ketika yang Terbaik dalam hidupku Kuberikan Kepada-Mu”

Kejadian 22:1-19

Oleh: GI. Jevin Sengge (GKJ Seasons City)

Ketika Abraham dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, ia dijanjikan akan beroleh 3 hal:

- Nama besar (Kej 12:2-3)

- Tanah (Kej 13:17)

- Keturunan (Kej 15:5)

Namun melalui respons Abraham, kita dapat melihat bahwa janji yang paling dinantikan oleh Abraham adalah janji tentang keturunan.

Alasan pertama adalah karena Sarai, isteri Abraham itu mandul. Bertahun-tahun ia tidak bisa menghasilkan keturunan. Pada hal bagi orang-orang di jaman itu, keturunan merupakan hal yang penting. Apa lagi orang sebesar Abraham, mana mungkin tidak punya keturunan. Ia akan terancam tidak memiliki pewaris sehingga pada akhirnya justru budak-budak lelakinyalah yang akan mewarisinya. Tentu Abraham tidak ingin hal itu terjadi.

Kej 15:3 mencatat perkataan Abraham tentang hal ini, “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”

Alasan kedua, semakin jelas betapa Abraham menginginkan keturunan adalah ketika ia mengambil Hagar untuk memberi keturunan baginya. Abraham tidak sabar menanti janji Tuhan tergenapi. Sedangkan ia dan Sarai semakin tua dan semakin tidak produktif. Maka, ia memutuskan untuk mengambil hamba perempuannya itu menggantikan Sarai. Maka lahirlah Ismael.


Dua alasan ini menunjukkan kepada kita betapa Abraham ingin sekali memiliki keturunan. Sampai pada akhirnya, setelah menanti 25 tahun lamanya. Allah menggenapi janji-Nya. Sarai mengandung dan Abraham memiliki keturunan. Lahirlah Ishak. Abraham sangat bersukacita dan mengasihi Ishak. Baginya, Ishaklah segala-segalanya. Hidupnya yang dahulunya tidak lengkap, sekarang telah menjadi sempurna.

Namun, apa yang terjadi kemudian? Setelah anak itu bersama Abraham beberapa tahun lamanya. Datanglah Firman Tuhan kepada Abraham yang isinya adalah Allah meminta kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai kurban darah bagi Tuhan di Gunung Moria. Dengan kata lain, apa yang terbaik bagi Abraham, kini diminta oleh Tuhan untuk diberikan kepada-Nya.

Jika anda berada di sisi Abraham, apakah yang akan anda rasakan? Satu-satunya pelengkap hidup anda diminta oleh Tuhan untuk diberikan sebagai persembahan bagi-Nya? Apa yang akan anda lakukan?

Di sinilah kita dapat belajar dari Abraham. Ketika Tuhan meminta yang terbaik yang ia miliki dalam hidup untuk diberikan kepada Tuhan. Ia tetap setia dan melakukannya dengan taat.


Hal inilah yang ingin kita pelajari. Bagaimana Abraham bisa memberikan yang terbaik dalam hidupnya? Ada 2 alasan atas pertanyaan tersebut, yakni:


1. Karena Abraham Mencintai Tuhan


Ada banyak orang katanya mencintai Tuhan. Akan tetapi sebenarnya motivasi mencintainya berbeda. Ada dua macam motivasi orang mencintai Tuhan:


- Mencintai Tuhan karena Tuhan berguna buat dia

Orang seperti ini mengumpamakan Tuhan seperti mobil atau motor. Selama mobil atau motor itu mesinnya bagus, bisa menolong dia pergi ke mana-mana, dia akan mencucinya bersih, memotretnya lalu memamerkannya ke sosial media. Setelah itu ia menyimpannya baik-baik ke dalam garasi. Mengapa ia melakukan hal tersebut? Karena mobil atau motor itu berguna buat dia.

Akan tetapi, bagaimana kalau tiba-tiba mobil atau motor itu mulai mogok-mogok di jalan. Mesinnya sudah tua dan mulai jelek penampilannya. Malu rasanya kalau dipotret lalu diposting di media sosial. Apa yang kemudian akan dilakukan? Kita akan membeli mobil atau motor yang baru untuk menggantikan yang lama.

Motivasi seperti ini juga berbahaya jika diterapkan di dalam relasi suami-isteri. Andaikata mereka saling mencintai karena motivasi kegunaan. Maka sebuah rumah tangga tidak akan bertahan lama. Isteri mencintai suami karena suami berguna menghasilkan uang dan suami mengasihi isteri karena ia berguna untuk melayani suami. Bagaimana kalau keduanya suatu saat tidak dapat berguna lagi? Kalau prinsip cintanya adalah karena berguna atau tidak, maka pilihannya adalah mencari pasangan baru.

Bagaimana dengan Tuhan? kalau kita mencintai Tuhan karena motivasinya adalah Tuhan berguna untuk kita. Bagaimana jika doa kita tak kunjung dijawab oleh Tuhan? Mampukah kita tetap mencintainya? Bisa jadi kita akan berpikir untuk berpindah hati mencari tuhan yang lain karena Tuhan sepertinya tidak berguna lagi.


- Seharusnya, kita mencintai Tuhan dengan motivasi bahwa mengikut Tuhan itu indah


Jika kita mengasihi pasangan kita karena ia indah, maka seperti apapun rupanya, bentuknya modelnya, kita akan tetap mencintai karena ia indah. Begitu juga dengan Tuhan bukan karena Tuhan berguna atau tidak. Melainkan karena Tuhan itu indah. Jalannya tak terselami namun rancangan-Nya indah. Apapun yang terjadi, Tuhan tetap indah.


Pecinta bukan Penggemar

Ada satu buku karangan seorang bernama Kyle Idleman judulnya “Not A Fan”. Baginya di dalam gereja, ada dua macam orang: yaitu orang yang hanya ngefans (penggemar) sama Tuhan dan orang yang cinta sama Tuhan. Ngefans dan cinta itu berbeda.

Apa bedanya? Ada 3 perbedaannya:


a. Orang yang hanya fans sama Tuhan pasti akan hitung-hitungan sama Tuhan. Sedangkan, orang yang mencintai Tuhan, pasti akan beri yang terbaik bagi Tuhan.

Itulah sikap Abraham. Ketika ia menerima perintah dari Tuhan. Abraham tidak mengeluh, tidak menimbang-nimbang, tidak marah. Melainkan Alkitab mencatat dengan jelas pada ay.3 “Keesokan harinya pagi-pagi bangun Abraham, ... lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.”


b. Orang yang hanya Fans sama Tuhan adalah orang-orang yang melayani Tuhan ala kadarnya saja. Sedangkan, orang yang mencintai Tuhan akan melayani Tuhan dengan memberikan yang terbaik.

Orang-orang yang hanya fans sama Tuhan tidak suka berkorban atau repot-repot untuk Tuhan. Tetapi beda dengan Abraham. Ay.3 mencatat dengan jelas bahwa Abraham mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. “Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.

Saya ingat dengan almarhum Oma saya. Ketika dia masih hidup, hari yang paling ia nantikan adalah hari minggu. Satu hari sebelum ibadah. Dia selalu mempersiapkan pakaiannya dengan baik. Dia setrika lalu memilih baju dan sepatu yang bagus untuk ia pakai di ibadah. Pada hari minggunya, kebaktiannya jam 9 pagi, tapi dia sudah rapi 2 jam sebelumnya. Dia sudah duduk di kursi depan menanti jemputan. Saya kira semua orang tua begitu. Saya ketika melihat kesiapan dia, saya belajar tentang memberi yang terbaik itu dimulai dari hal-hal kecil.


c. Orang yang hanya fans sama Tuhan selalu memaksa Tuhan untuk ikut kemauan dirinya. sedangkan, orang yang mencintai Tuhan akan rela hati mengikuti kemauan Tuhan.

Setelah menanti 25 tahun lamanya untuk memiliki keturunan, akhirnya Ishak muncul. Tapi belum lama memiliki keturunan, Tuhan malah memintanya kembali. Dari kaca mata manusia Abraham tentu dapat protes, marah, mengeluh ini dan itu. Tetapi itu tidak dilakukan oleh Abraham. Ia justru setia mengikuti apa yang Tuhan inginkan. Ia menjalankan perintah Tuhan dengan taat.


2. Karena Abraham tahu bahwa segala hal di dalam dunia adalah milik Tuhan


Abraham hidup dengan prinsip “TANGAN TERBUKA”, bukan “TANGAN TERTUTUP”. Apa itu? Prinsip TANGAN TERBUKA adalah orang yang hidup dengan menyadari bahwa segala sesuatu di dalam hidup ini adalah miliknya Tuhan yang dipinjamkan kepadanya. Sedangkan orang yang hidup dengan prinsip “TANGAN TERTUTUP” adalah orang yang hidup dengan berpikir bahwa segala sesuatu di dalam dunia adalah miliknya.

Jika kita hidup dengan tangan terbuka, kita akan mudah menerima berkat Tuhan. namun jika berkat itu diambil oleh Tuhan, kita pun juga mudah merelakannya karena itu adalah milik Tuhan. Kita tidak menggenggamnya dengan kuat. Ketika Tuhan memintanya, kita mudah memberikannya. Tangan terbuka juga membuat kita mudah berbagi untuk orang lain.

Akan tetapi, berbeda dengan orang yang hidup dengan tangan tertutup. Ia menggenggam segala sesuatu dengan erat karena ia berpikir bahwa itu miliknya. Akhirnya ia sulit menerima berkat Tuhan karena tangannya tertutup. Sedangkan ketika Tuhan harus mengambil sesuatu dari hidupnya, ia juga sulit merelakkannya karena tangannya tertutup.

Abraham dapat memberikan persembahan yang terbaik karena Abraham sadar tentang apa arti hidup dengan tangan terbuka. “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan.”


HIDUP PENUH BERKAT TUHAN

Orang yang mencintai Tuhan dan rela memberi yang terbaik bagi Tuhan adalah orang-orang yang akan diberkati oleh Tuhan. Hal itu juga yang dialami oleh Abraham ketika Tuhan melihat perbuatan Abraham. Ay. 16-17 menuliskan “Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah...

Ketika kita memberi yang terbaik bagi Tuhan, tentu motivasi kita bukan untuk mendapat berkat. Akan tetapi janji Tuhan adalah, bagi mereka yang memberi yang terbaik bagi Tuhan, janji berkat-Nya akan beserta mereka.

Sayangnya, banyak orang lebih mencintai “Berkat” dari pada “Sumber Berkat”. Akhirnya sulit memberi yang terbaik karena takut kehilangan berkatnya. Pada hal harusnya kita mencintai sumber berkat. Makin kita cinta sumber berkat, makin hidup kita mengalami berkat Tuhan.

Suatu kali saya mendengar seorang Romo Katolik mengajar umatnya tentang memberi yang terbaik. Dia berkata kepada mereka, “Jangan minta kekayaan, jangan minta materi, jangan minta kesuksesan, jangan minta jabatan. Tetapi mintalah Tuhan itu sendiri. Ketika kamu punya Tuhan, kamu memiliki segalanya.” Inilah doa yang seharusnya kita panjatkan senantiasa.


11.Doa firman Tuhan: (oleh kepala keluarga)

12.Pujian Penutup: “Besar Anug’rah-Mu”

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)

Besar anug’rah-Mu. Berlimpah kasih-Mu,

Semakin hari s’makin bertambah,

Besar anug’rah-Mu (2x)

13.Doa Penutup: (oleh kepala keluarga)

 
 
 

Comments


©2020 by Gereja Kristen Jakarta Jemaat Kramat Jati

bottom of page