LITURGI IBADAH MINGGU KELUARGA - Minggu, 5 April 2020
- Kramat Jati
- Apr 5, 2020
- 10 min read
Salam
Shalom, mari kita mempersiapkan hati untuk beribadah kepada Tuhan. Menikmati hadirat Tuhan hari ini. Janji Tuhan, di mana dua atau tiga orang berkumpul di dalam NamaKu, Tuhan hadir. Maka biarlah waktu ini menjadi waktu yang indah bersama dengan Tuhan.
Votum
“Pertolongan kita ialah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya. Ibadah ini dialaskan dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.”
Doa Pembukaan Ibadah
(Oleh Kepala Keluarga)
Pujian Pembuka Ibadah
SUCI SUCI SUCI
Suci, suci, suci
Tuhan Maha kuasa
Dikau kami puji
Di pagi yang teduh
Suci, suci, suci
Murah dan perkasa
Allah Tri Tunggal
Agung nama-Mu
medley
KAU RAJAKU
Di muliakan di tinggikan
Yesus Tuhan Kau Rajaku
Yang bertahta yang berkuasa
Yesus Tuhan Kau Rajaku
Pengakuan Iman Rasuli
Aku percaya kepada Allah. Bapa yang maha kuasa.
Pencipta langit dan bumi; dan kepada Yesus Kristus, Tuhan kita
Yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria;
Yang menderita di bawa pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan, mati dan dikuburkan; turun ke dalam Kerajaan Maut.
Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati;
Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa;
Dan dari sana akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati;
Aku percaya kepada Roh Kudus. Gereja yang kudus dan Am.
Persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.
Pujian Bersama
KIRI KANANKU ADA TUHAN
Kuselalu memandang Tuhan
Keselalu memuji Dia
Kupercaya kepada Tuhan
Kuberpasrah kepada-Nya
Siang malam kuingat Tuhan
Karena Tuhan pelindungku
Dengan Dia kutakkan gentar
Menghadapi semua musuh
Kiri kananku ada Tuhan
Sekliling-ku ada Tuhan
Dalam hidupku ada Tuhan
Yesus slalu bersamaku
KAULAH KUATKU
Meskipun musuh di depanku
Rintangan menghadang langkahku
Ku tahu sungguh Engkau bersamaku
Beribu rebah di kiriku
Berlaksa di sisi kananku
Ku tau janji-Mu Engkau bersamaku
Takkan pernah goyah keyakinanku
Pada diri-Mu Yesus Tuhanku
Tiada yang seperti diri-Mu
Kaulah kuatku kebanggaanku
Gunung batu dan keselamatanku
Kuat tangan-Mu perlindunganku
Kaulah sumber kemenanganku
Pembacaan Alkitab
Bilangan 21:4-9
Pujian Pengantar Firman
Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil
Ku yakin saat Kau berfirman
Ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya di tentukan
Oleh perkataan-Mu
Ku aman karna Kau menjaga
Ku kuat karna Kau menopang
Hidupku hanya di tentukan
Oleh kuasa-Mu
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
Mujizat-Nya di sediakan bagiku
Ku diangkat dan dipulihkan-Nya
Khotbah
PANDANGLAH PADA KRISTUS
Bilangan 21:4-9
Pendahuluan:
Suatu hari seorang juragan dari Timur Tengah sedang sakit keras, dan ketika ia berada dalam kondisi kritis, istri dan kelima anaknya berkumpul mengelilinginya sambil menangis tersedu-sedu. Di tengah situasi haru yang demikian itu, sang jurangan bersuara dengan lirih, “Umi….mana umi?” Sang istri yang sedari tadi berada di dekatnya menjawab, “Saya selalu disampingmu abi” Jurangan itu menggenggam erat tangan istrinya, lalu dengan suara yang parau ia berkata, “Mi…Abu mana?” Anak pertama yang bernama Abunawas segera menyahut sambil membelai kepala sang ayah, “Iya abi….Abu ada di sini”. Sang jurangan pun kemudian menghirup udara dalam-dalam dan menghelanya dengan lembut. Ia melanjutkan perkataannya, “lalu Abdul… mana Abdul?” Anak ke dua yang bernama Abdullah pun menjawab, “Saya di sini abi…” Begitu pula anak ke-3 dan ke-4 semua dipanggil namanya dan dipertanyakan keberadaannya, sampai pada anak ke-5 yang terakhir. Ia pun menanyakan keberadaan anak ke-5-nya, “Komar…komar apakah kau juga ada dekat abi…?” Anak ke-5 yang bernama Komarudin menjawab dengan suara yang sedikit keras karena berada agak jauh dari sang ayah, “ Tentu abi… kami semua di sini mendampingi abi…” Tiba-tiba mata sang jurangan terbuka, ia duduk dan melihat sekelilingnya, lalu dengan mata yang melotot ia berkata: “JADI…SIAPA YANG JAGA TOKO KITA KALAU SEMUA DI SINI????!!!!”
Mendengar cerita itu, mungkin kita heran dengan apa yang terjadi pada diri sang jurangan. Di tengah situasi kehidupan yang sedang kritis ternyata dia masih berpikir soal keberadaan tokonya. Kesehatan dan kehidupannya yang sedang kritis, agaknya menjadi hal yang tidak lagi penting, jika dibandingkan dengan toko yang selama ini menjadi lahan untuk dia mencari penghasilan. Kalau di tengah situasi corona ini, mungkin kita akan berkata “toko tutup, takut corona pa..”
Kenapa si juragan bisa sampai lupa dengan kondisi kritisnya dan segera bangkit? Karena baginya toko adalah sumber kehidupannya. Dari toko itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Itulah sebabnya, hatinya, pikirannya, bahkan fokusnya adalah tokonya. Pandangan dan hatinya hanya kepada tokonya itu.
Pembahasan:
Hari ini kita kita akan merenungkan sebuah thema PANDANG PADA KRISTUS. Kalau kita melihat konteks kisah ini, maka sebenarnya posisi bangsa Israel sudah dekat dengan Kanaan. Namun, karena bangsa Edom menolak negeri mereka dilalui bangsa Israel, maka terpaksa bangsa itu memutar ke selatan mengitari wilayah bangsa itu. Perjalanan mereka makin tambah panjang dan berat. Belum lagi mereka baru saja kehilangan pemimpin besar yaitu Harun yang meninggal di gunung Hor. Mereka meratapi dia selama 30 hari lamanya.
BANGSA YANG MEMBERONTAK
Banyak situasi dan keadaan yang membuat bangsa itu kemudian menjadi marah, kesel, jengkel. Perjalanan yang sangat panjang, dukacita karena kehilangan Harun, kehidupan di gurun yang sulit dan tantangan ini itu, membuat mereka dalam ayat 4 dikatakan “maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.” Dalam terjemahan lain dikatakan “mereka tidak menjadi sabar.” Maka merekapun akhirnya berkata-kata melawan Allah dan Musa.
Sebenarnya ketidak sabaran dan pemberontakan ini bukan hanya karena situasi dan kondisi yang menekan. Namun memang sudah dari awal dan sudah menjadi ciri bangsa ini sejak mereka di Mesir sampai 40 tahun perjalanan di padang gurun. Mereka suka bersungut-sungut, suka melawan, suka memberontak kepada Allah. Jadi ini memang sudah mendarah daging, sesuatu yang melekat, sehingga bangsa ini sering disebut “tegar tengkuk dan suka memberontak.”
Maaf saya harus katakan. Sikap bangsa Israel adalah juga merupakan sikap kita umat Allah. Kita mungkin dilahirkan Kristen, menyandang status Kristen, namun kita tidak ada bedanya dengan orang Israel. Sama tegar tengkuknya, sama juga jiwa memberontaknya. Jemaat GKJ tidak demikian. Ini mungkin jemaat lain. Kita mudah marah, jengkel dengan tekanan hidup yang kita alami. Kita mungkin orang yang memiliki jiwa tidak sabaran dalam menghadapi kesukaran, mudah bersungut-sungut. Ujung-ujungnya entah terang-terangan atau tidak kita sebenarnya melawan Allah.
Pada waktu kami mengunjungi tanah Israel. Perjalanan di mulai dari Mesir. Setelah berkeliling Mesir kita menuju gunung sinai. Pemimpin tur mengatakan bahwa perjalanan darat dari Kairo menuju ke gunung sinai menempuh perjalanan 8 jam. Itu baru ke gunung Sinai, belum menuju ke Israel. Beberapa anggota tur itu berkata “waduh...” namun pemimpin tur itu sungguh pintar sekali. Ia berkata “sekalipun perjalanan jauh namun dilarang bersungut-sungut.” Semua peserta pada diam. Kemungkinan mereka takut nanti berputar-putar seperti bangsa Israel.
Tidak hanya tekanan dan kesulitan yang membuat kita tidak sabar dan kemudian mengambil sikap melawan Allah. Tetapi natur dosa dalam diri kita telah membuat kita menjadi pribadi yang tidak menghormati Allah, tidak takut kepada-Nya. Ini bukan hanya menjadi ciri sebagian umat Allah tetapi bahkan umat manusia di sepanjang sejarah. Dosa telah menyebabkan menusia mengambil sikap memberontak terhadap Allah. Tidak hanya melalui perkataan manusia tetapi bahkan dengan perbuatan dan sikap mereka yang melawan Allah.
Saya melihat kemajuan dan pencapaian manusia, telah membuat manusia merasa dirinya sendiri Tuhan atas dirinya bahkan atas alam semesta ini. Manusia dengan berani melawan Allah. Manusia tidak butuh Tuhan. Kemajuan dan pencapaian yang dialami manusia membuat manusia merasa tidak lagi butuh Tuhan. Kemajuan tekhnologi, kemakmuran dan kekayaan, kepintaran manusia telah membuat manusia merasa hebat dan mampu. Sikap-sikap seperti ini sebenarnya sebuah pemberontakan kepada Allah.
Kepintaran, tekhnologi, kekayaan dan semua potensi manusia sebenarnya adalah anugerah Allah yang membuat manusia tunduk, hormat dan memuliakan Allah. Namun semua instrumen itu bukan lagi alat memuliakan Allah sebaliknya membuat manusia menjadi Tuhan atas diri-Nya dan sudah tidak lagi membutuhkan Allah. Dosa membuat manusia tidak lagi butuh Allah.
Kita mungkin ingat dengan pernyataan Thomas Endrews perancang dan pembuat kapal Titanic. Ia adalah seorang arsitek kapal yang terkenal dan disegani. Ia pernah bekata “Tuhanpun tidak akan mampu menenggelamkan kapal itu” Kapal itu memang dirancang dengan tekhologi yang sangat aman dan juga mewah. Namun ternyata dalam hitungan hari setelah kapal itu berlayar perdana justru kapal itu akhirnya tenggelam dan menewaskan ribuan orang.
ALLAH YANG MURKA
Itulah sebabnya di dalam ayat 6 dituliskan “lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.” Ini hal yang tragis sekali. Allah bukan hanya pribadi yang penuh kasih tetapi Dia juga adalah Allah yang adil. Ia menghukum, Ia menghajar anak-anak-Nya bahkan Ia melakukan hal yang paling keras sekalipun agar umat itu bertobat, menyesal dan berbalik kepada Allah.
Ular tedung ini disebut juga sebagai ular yang berapi. “ular berapi.” Disebut demikian karena kalau seseorang digigit ular ini ia akan merasa panas seperti terbakar. Charles Haddon Spurgeon menceritakan tentang seseorang penjaga reptil di kebun binatang yang dalam keadaan mabuk lalu bermain-main dengan ular. Mula-mula ia mengambil seekor ular Maroko yang berbisa, dan bermain-main dengannya, tetapi ular itu tidak menggigit. Lalu ia mengambil seekor Kobra dan bermain-main dengannya, tetapi Kobra itu lalu menggigitnya di tengah-tengah kedua matanya. Lalu ia dibawa ke rumah sakit. Mula-mula suaranya hilang, lalu penglihatannya hilang, lalu pendengarannya hilang. Setelah itu denyut nadinya melemah, dan dalam waktu 1 jam setelah digigit, ia menjadi mayat.
Padang gurun yang dilewati bangsa Israel adalah daerah yang dihuni dan dipenuhi oleh ular-ular berapi. Kita bisa baca di dalam Ulangan 8:15. Disitu dikatakan “dan yang memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya...” Allah telah melindungi dan menjaga mereka sedemikian rupa, sampai akhirnya mereka melawan Allah dan Allah membiarkan ular itu menjalar di tengah-tengah mereka.
Hari ini yang sedang menjalar di tengah-tengah kita bukan ular tedung tetapi Cofid-19. Virus sangat kecil, ukurannya micro, tidak kelihatan dengan mata telanjang. Kita tidak tahu dia ada dimana sebab ukurannya kecil. Kita lihat ular bisa menghindar dan lari. Kalau Corona? Mana bisa tahu. Virus ini menjangkiti ratusan ribu orang, menyebabkan ribuan orang dalam sehari meninggal dunia, Membuat jutaan orang di dunia mengisolasi diri sendiri, membuat ekonomi negara-negara di dunia menjadi goncang dan menebarkan teror yang menakutkan. Teman saya bilang “virus itu sudah ada depan hidung kita.” Mengerikan dan menakutkan.
Saya yakin segala persitiwa jelek dan mengerikan dalam dunia ini termasuk Cofid-19 adalah karena seizin Allah. Seluruh peritiwa dalam dunia ini tidak lepas dari kontrol dan kedaulatan Allah yang mutlak. Namun kita juga meyakini satu hal bahwa semua peristiwa yang mengerikan dan menakutkan itu diizinkan oleh Allah untuk tujuan-tujuan dan maksud-maksud tertentu. Tulah di Mesir diizinkan Allah terjadi dengan maksud menunjukkan kuasa-Nya atas Mesir, Sakit kusta dialami Naaman dengan maksud membawa Naaman mengenal Allah yang benar, sakit yang di derita Lazarus yang membawanya pada kematian dimaksudkan agar nama Tuhan dimuliakan. Ular tedung yang memakan korban banyak dizinkan Allah agar bangsa itu bertobat. Bagaimana dengan wabah cofid-19 ini. Apakah maksud Allah di dalamnya? Apakah ini adalah tujuan untuk menghukum atau justru ini memiliki maksud mendatangkan “berkat” bagi kita.
Apapun tujuan Allah, entah dengan maksud menghukum atau dengan maksud mendatangkan berkat, semua itu tujuan adalah untuk mendatangkan kebaikan kita dan pada akhirnya agar Allah dimuliakan
PERTOBATAN DAN DOA
Ternyata ular tedung itu membuat bangsa itu sadar dan mereka menyesal. Saya yakin mereka datang kepada Musa dengan tangisan dan air mata melihat korban yang banyak dan semakin banyak. Mereka tidak hanya menangis melihat akibat dosa mereka namun mereka menangis karena diri mereka sendiri.
Itu sebabnya mereka memohon Musa bersyafaat bagi mereka. Menarik sekali bagi saya melihat Musa mau mendoakan bangsa itu. Sekalipun sebelumnya mereka ikut melawan Musa. Namun kesabaran yang besar Tuhan taruh dalam hati Musa sehingga ia mendoakan mereka. Musa membawa penyesalan bangsa itu kepada Allah.
Hari ini mungkin kita terlalu sibuk mengikuti semua protokol pemerintah. Kita berusaha memblokir penyebaran virus ini. Namun satu hal yang mungkin tidak boleh terabaikan. Berdoa. Berdoa tidak hanya sekedar berdoa agar bencana berlalu, wabah cepat diatasi. Namun sebuah doa kerendahan hati, doa kehancuran. Membawa diri kita, membawa bangsa ini, membawa dunia ini ke hadapan Allah. Dunia yang ruasak dan cemar karena dosa.
Ingat ini bukan sebuah doa menuntut, ini bukan doa klaim-klaiman. Kita tidak memiliki hal untuk mengklaim apapun. Kita tidak layak, kita semua penuh cacat cela, kita datang dengan rendah hati mohon belas kasihan-Nya atas dunia, bangsa, gereja, keluarga dan pribadi kita, Doa mohon belas kasihan-Nya.
PANDANG KEPADANYA
Allah yang penuh kasih itu dengan segera menyuruh Musa membuat ular tedung dari tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Supaya setiap orang yang dipagut ular itu ketika melihat kepadanya akan hidup. Ular tembaga ini adalah jawaban atas persaoalan bangsa itu. Ular tebaga ini juga disebut dengan nama NEHUSTAN. Dalam ayat 9 dikatakan “maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.” Hanya dengan memandang ular tembaga itu mereka yang digigit tetap hidup.
Mungkin kalau ular tembaga itu masih ada sampai sekarang, kita akan gunakan untuk menolak wabah corona ini. NEHUSTAN ini mungkin akan menjadi rebutan dan akan dikomersilkan oleh begitu banyak orang. NEHUSTAN ini mungkin menjadi berhala yang diandalkan di tengah wabah dan musibah apapun. Beruntunglah, di zaman raja Hizkia, NEHUSTAN ini di robohkan sebab dijadikan berhala oleh bangsa Israel (2 Raja-raja 18:4).
Namun NEHUSTAN yang lain yang dijanjikan oleh Allah bagi kita. NEHUSTAN itu adalah Kristus sendiri. Yesus berkata kepada Nikodemus “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:14-15) Dengan kata lain NEHUSTAN dalam PL itu sebenarnya merupakan TYPE dari seseorang yang akan datang kelak yaitu Kristus Yesus.
Di dalam Kristus ada jalan keluar, di dalam Dia ada pertolongan. Bahkan di dalam Dia, ini hal yang jauh lebih penting, ada keselamatan, di dalam Dia ada kehidupan bahkan di dalam Dia ada kehidupan yang kekal. Nehustan yang ditinggikan di padang gurun itu adalah Kristus yang ditinggikan di atas kayu salib. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Ia mengampuni Dosa kita, memulihkan keadaan kita bahkan memberikan kepada kita hidup.
Yesaya 53:5 mengatakan “Tetapi Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Di dalam Kristus, Allah memberikan kita jalan keluar. Di dalam Dia dosa kita diampuni. Di dalam Dia ada harapan akan pemulihan.
Ancaman kita yang terbesar, jauh melebihi ancaman corona adalah keterpisahan dengan Allah. Ancaman kita yang paling mengerikan bukan Cofid-19 namun permusuhan kepada Allah. Jika kita belum diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Dia, maka bukan saja hidup kita akan menderita karena dosa pada masa kini tetapi kitapun akan menderita hukuman kekal pada masa yang akan datang. Memandang kepada Yesus yang tersalib berarti kita mau percaya akan karya penebusan-Nya bagi kita cukup untuk menghapus segala dosa kita.
Kita mungkin bisa selamat dari Cofid-19, kita mungkin sehat. Hidup kita mungkin dalam keadaan aman-aman saja. Puji Tuhan. Namun bagaimana dengan jiwa kita. Apakah kita sudah diperdamaikan dengan Allah? Apakah dosa masih berkuasa atas hidup kita? Apakah kita masih bermusuhan dengan Allah? Apakah kita masih terpisah dari Dia? Jangan berkata demikian “yang penting gua aman dari Cofid-19” Pertanyaan paling menentukan adalah “apakah anda aman dari hukuman kekal? Apakah anda sudah mendapatkan jaminan akan kehidupan yang kekal?
Namun tidak hanya itu. Memandang kepada-Nya yang tersalib berarti kita menaruh harapan kita dalam setiap kemelut kehidupan kita, persoalan hidup kita. Ketika masalah terjadi termasuk menghadapi Cofid-19 ini terjadi kepada siapa kita menaruh harapan kita? Apakah kepada kekayaan kita? Kita mau keluarkan uang banyakpun tidak menjamin bahwa kita luput. Kita mau berharap kepada dokter? Para dokter banyak yang berguguran, dokterpun sekarang membatasi kita mengunjungi kliniknya.
Lalu kita mau lari kemana? Dimana-mana semua terjangkit Cofid-19. Kalau ada ancaman anda mungkin akan lari ke tempat aman. Sekarang kita mau melarikan diri kemana/ Tidak ada tempat yang aman bagi kita. Hanya dengan memandang kepada Kristus, menaruh harapan kita kepada Yesus kita bisa menjadi tenang dan damai.
DL.Moody seorang pengkhotbah besar di masa lalu pernah bertemu dengan seorang dokter spesialis bedah terkemuka di kota Belfast, ibu Kota Irlandia Utara. Dokter itu memiliki kebiasaan pada waktu ia melakukan operasi untuk membedah pasiennya. Ia selalu berkata sebelum operasi “Lihatlah baik-baik luka itu, kemudian pandanglah saya, jangan melepaskan pandangan anda sampai saya selesai operasi.” Hari ini kita mungkin memandang sekeliling kita penuh dengan begitu banyak orang dan berita-berita soal penyakit. Namun saatnya sekarang kita harus mengarahkan pandangan kita kepada salib Kristus. Saatnya kita memandang kepada Dia. Sebab di dalam Dia ada harapan, di dalam Dia ada pemulihan, di dalam Dia ada penyelesaian. Jangan berhenti untuk terus memandang kepada Kristus.
Penutup:
Baiklah kita sampai kepada ujung khotbah ini. Di dalam Dia ada kehidupan dan oleh sebab itu jangan pernah kita berhenti untuk memandang kepada-Nya.
Doa Firman Tuhan
(Kepala Keluarga)
Pengumpulan persembahan
SEKALIPUN AKU DALAM LEMBAH KELAM
Sekalipun aku dalam lembah kelam
Ku tak takut sbab Kau besertaku
Sekalipun badai topan datang menerpa
Kutak gentar sbab Kau disisiku
Aku percaya
Berkat-Mu atasku melimpah
Kebajikan, kemurahan slalu mengikutiku
Kupuji , kusembah Kau Tuhan
Doa Syafaat:
- Doakan kesehatan keluarga dan pribadi keluarga.
- Doakan bangsa dan dunia hadapi Covid-19. Kiranya oleh kemurahan-Nya wabah ini cepat berakhir. Doakan pemerintah dan mssyarakat agar bersama-sama berjuang mengendalikan dan melawan penyakit ini.
- Doakan jemaat dalam pertumbuhan iman.
Menyanyi bersama:
DOXOLOGI
Doa berkat:
Kepala keluarga/Pemimpin ibadah
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Semua anggota keluarga menjawab: Amin
(Ibadah selesai)
Kommentare